A.
Konsep Dasar Manajemen
Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen
secara umum. Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat
menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan
sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam suatu
system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan
kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam
rangka pemecahan ,masalah dari klien tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal
terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu manajemen secara umum, teori – teori
manajemen, fungsi – fungsi manajemen, dan bahkan manajemen skill.
1.
Pengertian
Manajemen Secara Umum
Manajemen adalah seni dalam melaksanakan suatu kegiatan
melalui orang – orang (Mary Parker Follet)1. Manajemen sering pula
diartikan sebagai pengaturan atau pengelolaan sumber daya yang ada sehingga
hasilnya maksimal. Itulah sebabnya manajemen juga di terjemahkan sebagai “tata
laksana”
Manajemen adalah suaytu proses atau karangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang – orang kearah tujuan
– tujuan organisasional atau maksud – maksud yang nyata (George R. Terry dan
Leslie W. Rue).
Menurut grant dan masey3, 1999 yang di kutip oleh
nursalam, manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan aktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam manajemen tersebut
mencakup kegiatan koordinasi dan superpisi terhadap staf sarana dan prasarana
dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut Rosmery E. Cross (2001)4, “ management is
a highly process and manager is some one who gets done trought of others”.
Manajemen adalah sebuah proses sangat kompleks dan manajer adalah seorang yang
melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan melalui orang lain.
Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “
managing” yaitu pengelolaan, sedangkan pelaksanannya disebut managar atau
pengelola. Seorang manager adalah orang yang melaksanaakan fungsii manajemen
dan bekerja dengan dan melalui orang lain. Dia bertanggung jawab atas
pekerjaannya sendiri dan orang lain, menyeimbangkkan tujuan yang saling
bertentangan dan menentukan prioritas, mampu berfikir secara analisis dan
konseptual, menjadi penengah, oleh politisi dan diplomat dan mampu mengambil
keputusan yang sulit. Inti dari menejemen adalah kepemimpinan. Seorang maneger
yang baik adalah memiliki jiwa kepemimpinan. Seorang manager yang baik adalah
yang memiliki jiwa kepemimpinan.
2.
Teori-teori
manajemen
a)
Teori manajemen ilmiah ( Scientific
Management Theory )
Teori mengatakan bahwa manager pada tingkat bawah sangat
penting, karena berhubungan langsung dengan proses produksi, dan menentukan
berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai target yang ditentukan (Frederick
W. Taylor )5.
b)
Teori administratif ( Administratif
Theory)
Teori ini menganggap yang penting adalah organisasi pada
tingkat teratas, karena segala sesuatu dapat berjalan dengan baik jika para
manajer dapat manajer dapat menggerakkan organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip
manajemen.
c)
Teori motivasional ( motivational
Theory )
Teori ini mengatakan bahwa efektif manajer adalah seseorang
yang dapat memotivasi stafnya untuk bekerja lebih baik dengan memperhatikan
staf tersebut.
d)
Teori situasional ( Situational
Theory )
Teori ini berdasarkan pada asumsi dasar untuk melakukan
motivasi pada seseorang untuk melakukan pekerjaan, yang berhubungan dengan :
1)
Pencapaian tujuan yang diharapkan.
2)
Kepuasan pribadi
3)
Reward
3.
Fungsi-fungsi manajemen
Menurut
Ibnu Syamsi fungsi1 manajemen terdiri dari :
- Fungsi perencanaan
- Fungsi mengatur pelaksanaan
1) Pengorganisasian (organizing )
2) Penyiapan tenaga ( staffing)
3) Pengarahan (directing)
4) Pengkordinasian (coordinating)
5) Permintaan laporan ( reporting ) - Fungsi pengendalian
(controlling )
- Fungsi pengembangan
(development )
Proses
manajemen menurut Rosmerry E. Cross 2 adalah :
- Forecasting, Planning, and
Development (ramalan, perencanaan, dan pengembangan )
- Managing Human Resourch
(Manajemen Sumber Daya Manusia )
- Policy Making ( Penetapan
Kebijaksanaa)
- Organizing ( Pengorganisasian )
- Communicating (komunikasi )
- Motivating ( Motivasi )
- Coordinating (Koordinasi )
- Controlling ( pengendalian )
- Information Handling (
Pengaturan Informasi )
- Problem Solving and decision
making ( pemecahan masalah dan pengambilan keputusan )
Manajemen
adalah suatu bentuk kerja. Manajer dalam pekerjaannya harus melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu yang dinamakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu
sebagai berikut :
- Planning ( Perencanaan )
Yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan dating dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu. - Organizing
Yaitu mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu. - Staffing
Yaitu menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengarahan, penyaringan, latihan pengembangan tenaga kerja. - Controlling (pengawasan )
Yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan.
Secara
umum unsur-unsur dari manajemen yaitu :
- Manusia, yaitu tenaga kerja
(manusia)
- Money, yaitu uang yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
- Methods, yaitu cara-cara yang
digunakan dalam pencapaian tujuan.
- Material, yaitu bahan-bahan
yang digunakan untuk mancapai tujuan.
- Machines, yaitu peralatan yang
diperlukan untul mancapai tujuan.
- Market, yaitu pasar untuk
menjual output dan jasa-jasa yang dihasilkan.
4.
Manajemen Skill
Menurut
La Monica terdapat 3 kategori yang harus dimiliki oleh sorang manajer yaitu :
- Technical skill
Kemampuan untuk menggunakan penegtahuan, metoda, teknik, untuk melaksanakan tugas-tugas dan pekerjaa, didapatkan melalui pengalaman, pendidikan dan latihan. - Human skill
Kemampuan untuk bekerja dengan baik bersama staf, yang meliputi pengertian dan motivasi yang diberikan dan dengan melaksanakan kepemimpinan yang efektif. - Conceptual skill
- Mempunyai kemampuan untuk
mengetahui seluk beluk organisasi
- Melaksanakan peran dan
tanggungjawab dengan baik
- Menggunakan pengetahuan untuk
menata organisasi
- Melakukan kontak mata dengan
staf dan melakukan komunikasi yang efektif.
B. MANAJEMEN
KEBIDANAN
Berdasarkan
uraian di atas mengenai konsep manajemen secara umum kami akan membahas
bagaimana manajemen kebidanan manajemen kebidanan kaitannya dengan peran dan
fungsi seorang bidan di dalam prakteknya secara professional, dituntut
tanggungjawab manajerial yang bermutu. Untuk itu metode ilmiah akan dapat
dilakukan bila telah memahami betul teknik – teknik manajemen yang adekuat.
Artinya di dalam prakteknya yang penuh tanggungjawab itu dilakukan menggunakan
teori-teori dan prinsip manajemen , yang telah diakui secara nasional maupun
internasional. Dengan perkataan lain, bidan praktek telah menggunakan manajemen
kebidanan yang adekuat dalam memberikan asuhan kebidanan pada kliennya.
1.
Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen
kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis dalam member
asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun
pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi
seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi
tanggung jawabnya.
Manajemen
kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode
untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
temuan-temuan, keterampilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Pengertian
manajemen kebidanan menurut beberapa sumber :
- Menurut buku 50 tahun IBI, 2007
1
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. - Menurut Depkes RI, 2005 2
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat. - Menurut Helen Varney (1997) 3
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Sesuai
dengan perkembangan pelayanan kebidanan, maka bidan diharapkan lebih kritis
dalam melaksanakan proses manajemen kebidanan untuk mengambil keputusan.
Menurut Helen Varney, ia mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari 5
langkah menjadi 7 langkah yaitu mulai dari pengumpulan data sampai dengan
evaluasi.
Bidan
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam asuhan yang mandiri, kolaborasi, dan
melakukan rujukanyang tepat. Oleh karena itu, bidan dituntut untuk mampu
mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi kehamilan, memberikan pertolongan
kegawatdaruratan kebidanan dan perinatal dan merujuk kasus. Praktek kebidanan
telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari focus terhadap ibu hamil,
bersalin, nifas, bayi baru lahir serta anak balita bergeser kepada upaya
mengantisipasi tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis yaitu menuju kepada
pelayanan kesehatan reproduksi sejak konsepsi, persalinan, pelayanan
ginekologis, kontrasepsi, asuhan pre dan post menopause, sehingga hal ini
merupakan suatu tantangan bagi bidan.
Asuhan
yang diberiakan oleh bidan harus dicatat secara benar, singkat, jelas, logis
dan sistematis sesuai dengan metode pendokumentasian. Dokumentasi sangat penting
artinya baik bagi pemberi asuhan maupun penerima pelayanan asuhan kebidanan,
dan dapat digunakan sebagai data otentik bahwa asuhan telah dilaksanakan.
Bidan
sebagai tenaga kesehatan yang professional memberikan asuhan kepada klien
memiliki kewajiban memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari
gangguan kesehatan. Asuhan yang dimaksud adalah asuhan kebidanan. Secara
definitive, asuhan kebidanan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan
oleh bidan kepada individu ibu atau anak. Asuhan kebidanan merupakan bagian
dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk mewujudakan kesehatan kelaurga
dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia sejahtera.
Untuk
melaksanakan asuhan tersebut digunakan metode dan pendekatan yang disebut
manajemen kebidanan. Metode dan pendekatan digunakan untuk mendalami
permasalahan yang dialami oleh klien, dan kemudian merumuskan permasalahan
tersebut serta akhirnya mengambil langkah pemecahannya. Manajemen kebidanan
membantu proses berfikir bidan dalam melaksanakan asuhan dan pelayanan
kebidanan.
Dalam
melaksanakan tugasnya pada pelayanan kebidanan, seorang bidan melakukan
pendekatan dengan metode pemecahan masalah yang dikenal dengan manajemen
kebidanan.
Manajemen
kebidanan untuk mengaplikasikan pendekatan itu, adalah :
- Identifikasi dan analisis
masalah yang mencakup pengumpulan data subjektif dan objektif dan analisis
dari data yang dikumpul/dicatat.
- Perumusan (diagnosis) masalah
utama, masalah yang mungkin akan timbul (potensial) serta penentuan
perlunya konsultasi, kolaborasi, dan rujuakan.
- Penyusunan rencana tindakan
berdasarkan hasil perumusan.
- Pelaksanaan tindakan kebidanan
sesuai dengan kewenangannya.
- Evaluasi hasil tindakan. Hasil
evaluasi ini digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan tindakan
kebidanan yang telah dilakukan dan sebagai bahan tindak lanjut.
Semua
tahapan dari manajemen kebidanan ini didokumentasi sebagai bahan tanggung jawab
dan tanggung gugat dan juga untuk keperluan lain seperti referensi serta
penelitian.
2.
Prinsip Managemen Kebidanan
Proses
manajemen kebidanan sebenarnya sudah dilakukan sejak orang mulai menolong
kelahiran bayi. Pada zaman dahulu kala perempuan-perempuan yang sudah
berpengalaman melahirkan dipercaya untuk memberikan pelayanan kepada ibu-ibu
hamil dan melahirkan. Mereka diharapkan mampu memberikan pertolongan kepada
ibuyang hamil dan melahirkan. Tentu pertolongan yang diberikan pada masa
tersebut hanya berdasarkan pengalaman mereka sendiri, namun walau tanpa
referensi mereka mampu juga memberikan pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan
bayi.
Pada
era millennium yang terus menghadapkan kita pada situasi yang mangandalkan ilmu
pengetahuan membuat kita, bidan maupun penerima jasa pelayanan bidan semakin
kritis terhadap mutu pelayanan kebidanan. Dengan demikian pelayanan yang
diberikan sudah selayaknya berdasarkan teori yang dapat dipertanggungjawabkan
dan praktik yang dilakukan berdasarkan Evidence Based Medicine ( Bukti Ilmiah
yang Rasional ).
Varney
(1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah pemecahan masalah. Dalam text
book masalah kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981 proses manajemen
kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah.
Setelah
menggunakannya, Varney (1997) melihat ada beberapa hal yang penting
disempurnakan. Misalnya seorang bidan dalam manajemen yang dilakukannya perlu
lebih kritis untuk mengantisipasi masalah atau diaognosa potensial. Dengan
kemampuan yang lebih dalam melakukan analisa kebidanan akan menemukan diagnose
atau masalah potensial ini. Kadangkala bidan juga harus segera bertindak untuk
menyelesaikan maslah tertentu dan mungkin juga harus melakukan kolaborasi,
konsultasi bahkan mungkinjuga harus merujuk kliennya. Varney kemudian
menyempurnakan proses manajemen kebidanan menjadi 7 langkah. Ia menambahkan
langkah ke III agar bidan lebih kritikal mengantisipasi masalah yang
kemungkinan dapat terjadi pada kliennya.
Varney
juga menambahkan langkah ke IV di mana bidang diharapkan dapat menggunakan
kemanpuannya untuk melakukan deteksi dini dalam proses majemen sehingga bila
klien membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi,konsultasi bahkan dirujuk
segera dapat dilaksanakan.Proses manajemen kebidanan ini diyulis oleh Varney
berdasarkan proses manajemen kebidanan yang American College of Midwife pada
dasar pemikiran yang sama dengan proses manajemen menurut Varney.
Prinsip
proses manajemen kebidanan menurut Varney
Proses
manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh American
College Nurse
Midwife
(ACNM) terdiri dari :
- Secara sistematis mengumpulkan
data dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan melakukan
pengajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien,termasuk
mengupulkan riwayat kesehatan dan pemeriksa fisik.
- Mengidentifikasi masalah dan
membuat diagnosa berdasarkan interprestasi data dasar.
- Mengindentifikasi kebutuhan
terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan
tujuan asuhan kesehatan bersama klen.
- Memberi informasi dan support
sehingga klien dapat membuat keputusan dan bertanggungjawab terhadap
kesehatannya.
- Membuat rencana asuhan yang
komprehensif bersama klien.
- Secara pribadi bertanggungjawab
terthadap implementasi rencana individual.
- Melakukan
konsultasi,perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan berkolaborasi dan
merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
- Merencanakan manajemen
terhadap komplikasi tertentu,dalam situasi darurat dan bila
ada penyimpangan dari keadaan normal.
- Melakukan evaluasi bersama
klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi rencana asuhan
sesuai dengan kebutuhan.
3.
Sasaran Managemen Kebidanan
Manajemen
kebidanan tidak hanya diimplementasikan pada asuhan kebidanan pada individu
akan tetapi dapat juga diterapkan di dalam pelaksanaan pelayaanan kebidanan
yang ditujukan kepada keluarga dan masyarakat.manajemen kebidanan
mendorong para bidan menggunakan cara yang teratur dan rasional sehingga
mempermudah pelaksanaan yang tepat dalam mencagahkan masalah klien dan kemudian
akhirnya tujuan mewujudkan kondisi ibu dan anak yang sehat dapat
tercapai.
Seperti
yang telah dikemukakan di atas bahwa permasalahan kesehatan ibu dan anak yang
ditangani oleh bidan mutlak menggunakan metode dan pendekatan manajemen
kebidanan. Sesuai dengan lingkup dan tanggungjawab bidang maka sasaran
manajemen kebidanan ditunjukan kepada baik individu ibu dan anak, keluarga
maupun kelompok masyarakat.
Individu
sebagai sasaran didalam asuhan kebidanan disebut klien.yang dimaksud klien di
sini ialah setiap individu yang dilayani oleh bidan baik itu sehat maupun
sakit.klien yang sakit disebut pasien.upaya menyehatkan dan meningkatkan status
kesehatan keluarga akan lebih efektip bila dlakukan melalui ibu baik didalam
keluarga maupun didalam kelompok masyarakat.didalam pelaksanaan manajemen
kebidanan,bidan memandang keluarga dan kelompok masyarakat sebagai kumpulan individi-individuyang
berada di dalam suatu ikatan sosial dimana ibu memegang peran sentral.
Manajemen
kebidanan dapat digunakan oleh bidan di dalam setiap melaksanakan kegiatan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan,pencegahan
penyakit,penyembuhan,pemulihan kesehatan ibu dan anak dalam lingkup dan
tanggungjawab.
4.
Proses Managemen Kebidanan
Proses
manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan melalui
suatu proses yang disebut langkah-langkah atau proses manajemen kebidanan.
Langkah-langkah
manajemen kebidanan tersebut adalah :
- Identifikasi dan analisis
masalah
Proses manajemen kebidanan dimulai dengan langkah pertama
identifikasi dan analisis masalah. Di dalam langkah pertama ini bidan sebagai
tenaga professional tidak dibenarkan untuk menduga-duga masalah yang terdapat
pada kliennya. Bidan harus mencari dan menggali data atau fakta baik dari
klien, keluarga maupun anggota tim kesehatan lainnya dan juga dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri.
Langkah pertama ini mencakup kegiatan pengumpulan,
pengolahan, analisis data atau fakta untuk perumusan masalah. Langkah ini
merupakan proses berfikir yang ditampilkan oleh bidan dalam tindakan yang
akan menghasilkan rumusan masalah yang dialami/ diderita pasien atau klien.
- Diagnosis kebidanan
Setelah ditentukan masalah dan masalah utamanya maka bidan merumuskannya dalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah, penyebab dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Prediksi yang dimaksud mencakup masalah potensial dan prognosis. Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan yang disebut diagnosis kebidanan. Dalam menentukan diagnosis kebidanan diperlukan pengetahuan keprofesionalan bidan.
Penegakan diagnosis kebidanan dijadikan dasar tindakan dalam
upaya menanggulangi ancaman keselamatan hidup pasien atau klien. Masalah
potensial dalam kaitannya dengan diagnosis kebidanan adalah masalah yang
mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup
klien atau diantisipasi, dicegah dan diawasi serta segera dipersiapkan tindakan
untuk mengatasinya.
- Perencanaan
Berdasarkan diagnosis yang ditegakkan, bidan menyusun rencana kegiatannya. Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien atau klien serta rencana evaluasi.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka langkah penyusunan
rencana kegiatan adalah sebagai berikut :
1) Menentukan tujuan yang akan dilakukan termasuk sasaran dan hasil yang akan dicapai.
2) Menentukan tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai. Langkah-langkah tindakan mencakup kegiatan yang dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
3) Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan.
1) Menentukan tujuan yang akan dilakukan termasuk sasaran dan hasil yang akan dicapai.
2) Menentukan tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai. Langkah-langkah tindakan mencakup kegiatan yang dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
3) Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan.
- Pelaksanaan
Langkah pelaksanaan dilakukan oleh bidan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pada langkah ini bidan melakukan secara mandiri, pada penanganan kasus yang di dalamnya memerlukan tindakan di luar kewengangan bidan, perlu dilakukan kegiatan kolaborasi atau rujukan. Pelaksanaan tindakan selalu diupayakan dalam waktu yang singkat, efektif, hemat dan berkualitas. Selama pelaksanaan, bidan mengawasi dan memonitor kemajuan pasien atau klien. - Evaluasi
Langkah akhir dari proses manajemen kebidanan adalah evaluasi. Evaluasi adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana. Jadi tujuan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan.
Pada tahun 1997, Helen Varney menyempurnakan proses 5 langkah tersebut memnjadi 7 langkah. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
Langkah – langkah :
1) Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan.
2) Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis atau masalah.
3) Mengindentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
5) Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6) Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
7) Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
1) Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan.
2) Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis atau masalah.
3) Mengindentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
5) Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6) Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
7) Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
Melihat
kembali penjelasan di atas maka proses manajemen kebidanan merupakan langkah
sistematis yang merupakan pola piker. Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada
klien diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional,
maka seluruh aktivitas atau tindakan yang bersifat coba-coba yang akan
berdampak kurang baik untuk klien.
Langkah-langkah
di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Langkah
1 : Tahap Pengumpulah Data Dasar
Pada
langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data
dilakukan dengan cara :
- Anamnesis. Dilakukan untuk
mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat
kehamilan, persalinan, dan nifas, bio-psiko-sosial-spiritual, serta
pengetahuan klien.
- Pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi :
- Pemeriksaan khusus (inspeksi,
palpasi, auscultasi, dan perkusi )
- Pemeriksaan penunjang (
laboratorium, radiologi/USG, dan cacatan terbaru serta catatan sebelumnya
).
Tahap
ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang
akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data
subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi
pasien yang sebenarnya dan valid.
Kaji
ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
Langkah
2 : Interpretasi Data Dasar
Pada
langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data
dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosis dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah keduanya
digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi
tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang
dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Masalah juga sering menyertai diagnosis.
Diagnosis
kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan
dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan.
Standar
nomenklatur diagnosis kebidanan :
1)
Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
2)
Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
3)
Memiliki cirri khas kebidanan.
4)
Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
5)
Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Langkah
3 : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi
Penanganannya.
Pada
langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah
potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam
melakukan asuhan yang aman.
Pada
langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial,
tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga
merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak
terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi
yang rasional atau logis.
Kaji
ulang apakah diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
Langkah
4 : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk Melakukan Konsultasi,
Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien.
Mengindentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau tenaga konsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien.
Langkah
keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal
saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya
pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data
baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.
Data
baru mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang
dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian
juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeclampsia, kelainan panggul,
adanya penyakit jantung, diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam
kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli
gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini
bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada
siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan
kebidanan.
Kaji
ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
Langkah
5 : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.
Pada
langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah terindentifikasi
dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling
dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan
dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan kata lain,
asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan
setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh
kedua pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif
karena klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama klien kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date
serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
Langkah
6 : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.
Pada
langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias
dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan
langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam
situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah tetap bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama
yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan
biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.
Kaji
ulang apakah semua rencana asuha telah dilaksanakan.
Langkah
7 : Mengevaluasi
Pada
langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan
masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaannya.
Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum
efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan
yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang
tidak efektif melalui manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian
terhadap rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah
proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran
yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses
manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir
tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen
ini dievaluasi dalam tulisan saja.
5.
Implementasi manajemen kebidanan
- Identifikasi dan analisis
masalah
Bila
seorang pasien/klien datang meminta bantuan pada bidan, maka langkah awal dari
kegiatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah kemudian menganalisis
masalah tersebut. Bidan mulai mewawancarai klien untuk menggali data subjektif.
Data
subjektif
1)
Biodata mencakup identitas klien :
a)
Nama yang jelas dan lengkap. Bila perlu ditanyakan nama penggilan sehari-hari.
Bagi pasien anak, ditanyakan nama orant tua atau wali.
b)
Umur dicatat dalam hitungan tahun. Untuk balita ditanyakan umur dalam hitungan
tahun dan bulan.
c)
Alamat ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan keadaan
mendesak. Dengan mengetahui alamat, bidan juga dapat mengetahui tempat tinggal
dan lingkungannya.
d)
Pekerjaan klien ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan
terhadap permasalaha kesehatan pasien. Pekerjaan orang tua bila pasien anak
balita.
e)
Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan
kesehatan klien. Dengan diketahui agama klien akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
f)
Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang. Untuk anak balita
perlu ditanyakan pendidikan orang tua atau walinya.
2) Riwayat menstruasi
Hal
yang perlu ditanyakan : menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya darah
yang keluar, aliran darah yang keluar, mentruasi terakhir, adakah dismenorhe,
gangguan sewaktu menstruasi (metrorhagi, menoraghi), gejala premenstrual.
3)
Riwayat perkawinan
Kawin
: ……………. Kali
Usia
kawin pertama
: ……………. Kali
4)
Riwayat kehamilan dan persalinan
a)
Jumlah kehamilan dan kelahiran : G (gravid), P (para), A (abortus), H (hidup).
b)
Riwayat persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya
melahirkan, cara melahirkan.
c)
Masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan, missal :
preeklampsi, infeksi, dll.
5)
Riwayat ginekologi
Pengalaman
yang berkaitan dengan penyakit kandungan mencakup : infertilitas, penyakit
kelamin, tumor atau kanker, system reproduksi, operasi ginekologis.
6)
Riwayat keluarga berencana
Bila
ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi, efek samping,
alas an berhenti (bila tidak memakai lagi), lamanya menggunakan alat
kontrasepsi.
7)
Riwayat kehamilan sekarang
Waktu
mandapat haid terakhir, keluhan berkaitan dengan kehamilan.
8)
Gambaran penyakit yang lalu.
Ditanyakan
untuk mengetahui apakh ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi oleh klien.
Misalnya penyakit campak atau cacar air sewaktu kecil, penyakit jantung,
hipertensi, dll. Apakah pernah diirawat di RS ? kapan ? berapa lama ? penyakit
apa ? dan lain sebagainya.
9)
Riwayat penyakit keluarga
Untuk
mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit terhadap gangguan kesehatan
pasien. Riwayat keluarga yang perlu ditanyakan misalnya jantung, diabetes,
ginjal, kelainan bawaan, kehamilan kembar.
10)
Keadaan sosial budaya
Untuk
mengetahui keadaan psikososial perlu ditanyakan antara lain : jumlah
anggota keluarga, dukungan moral dan material dari keluarga, pandangan, dan
penerimaan keluarga terhadap kehamilan, kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan
dan merugikan, pandangan terhadap kehamilan, persalinan dan anak baru lahir.
Data
objektif
Data
objektif dikumpulkan melalui :
1)
Pemeriksaan fisik
2)
Pemeriksaan khusus.
3)
Pemeriksaan penunjang.
a)
Diagnosis
Di
dalam diagnosis unsur-unsur berikut perlu dicantumkan yaitu :
(1)
Keadaan pasien / klien (khusus bagi ibu hamil dan melahirkan termasuk keadaan
bayinya).
(2)
Masalah utama dan penyebabnya.
(3)
Masalah potensial.
(4)
Prognosis.
b)
Rencana tindakan
Berdasarkan
diagnosis yang telah ditegakkan, bidan menyusun rencana tindakan yang harus
dilakukan kepada kliennya. Rencana tindakan tersebut berisikan tujuan dan hasil
yang akan dicapai dan langkah-langkah kegiatan termasuk rencana evaluasi.
Tujuan
di dalam rencana kegiatan menunjukkan perbaikan-perbaikan yang diharapkan.
Misalnya, tujuan asuhan pada ibu dalam keadaan inpartu adalah menyelesaikan
persalinan dengan baik. Hasil dari tindakan adalah ibu yang melahirkan dan anak
yang dilahirkan dalam keadaan sehat dan selamat.
Langkah-langkah
tindakan dilakukan berdasarkan masalah yang dihadapi oleh pasien / klien.
Langkah-langkah tindakan merupakan upaya intervensi untuk mengatasi masalah.
Misalnya, ibu yang dalam keadaan inpartu, dan kurang siap untuk melahirkan
secara fisiologis, maka di dalam langkah-langkah tindakan yang dilakukan oleh
bidan ialah member dorongan agar ibu memiliki kemampuan kuat untuk melahirkan
dan kemudian memberikan bimbingan dalam menyelesaikan persalinan.
Rencana
evaluasi dibuat untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan dilakukan.
Di
dalam rencana evaluasi ditentukan sasaran yang akan dicapai. Misalnya, dalam
evaluasi ibu di masa persalinan, maka criteria evaluasi antara lain :
(1)
Tekanan darah, denyut nadi dalam batas normal.
(2)
Keadaan his : kekuatan, frekuensi, dan lamanya semakin bertambah sewaktu
mendekati kala II.
(3)
DJJ harus selalu positif.
(4)
Turunnya kepala bayi semakin maju melalui saluran persalinan.
(5)
Pembukaan serviks semakin melebar (lengkap dengan garis menengah sekitar 10 cm
)
c)
Tindakan pelaksanaan
Tindakan
yang dilakukan oelh bidan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tindakan
yang dilakukan berdasarkan prosedur yang telah lazim diikuti atau dilakukan.
Misalnya, di dalam melakukan tindakan pada kasus partus kala II, bidan
melakukan prosedur :
(1)
Ibu mengedan sewaktu his menguat
(2)
Menekan dinding perineum agar tidak robek
(3)
Mempermudah gerak rotasi kepala bayi
(4)
Mengeluarkan bahu dan seterusnya sampai bayi lahir dengan sempurna.
Di
dalam tahap ini, bidan melakukan observasi sesuai dengan criteria evaluasi yang
telah direncanakan. Bila bidan perlu memberikan infus atau pemberian obat, maka
tindajan tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku.
Berbagai
hal yang perlu mendapat perhatian di dalam tahap pelaksanaan ini ialah :
(1)
Intervensi yang dilakukan harus verdasarkan prosedur tetap yang lazim
dilakukan.
(2)
Pengamantan dilakukan secara cermat dan tepat sesuai dengan criteria evaluasi
yang ditetapkan.
(3)
Pengendalian keadaan pasien/klien sehingga secara berangsur-angsur menuju
kondisi kesehatan yang diharapakn.
Di
dalam melaksanakan tindakan, bidan dapat melakukan asuhan secara mandiri untuk
kasus-kasus yang di dalam batas kewenangannya. Bila bidan menemukan kasus di
luar batas kewenangannya di dalam melakukan tindakan, maka pasien/klien
tersebut dirujuk ke rumah sakit (dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya
pada kasus-kasus tertentu.
d)
Evaluasi
Bidan
melakukan evaluasi sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan di dalam
rencana kegiatan. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui kemajuan hasil dari
tindakan yang dilakukan. Semakin dekat hasil tindakan yang dilakukan dengan
sasaran yang ditetapkan didalam criteria evaluasi, tindakan akan mendekati
keberhasilan yang diharapakan.
Misalnya,
ibu telah menyelesaikan persalinan. Di dalam evaluasi menunjukkan tekanan darah
dan denyut nadi normal, bayi lahir dengan selamat dan tidak ada kelainan, serta
plasenta keluar denganspontan, dan tidak terjadi pendarahan setelah partus.
Maka
hasil evaluasi menunjukkan bahwa tujuan pertolongan persalinan tercapai, dan
hasilnya ibu dapat menyelesaikan persalinan dengan selamat dalam keadaan sehat,
disertai bayi yang dilahirkan juga dalam keadaan sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar