1.1
Pengertian
Kalimat
yaitu rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan.
Kalimat
merupakan satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik
dengan cara lisan maupun tulisan. Pada kalimat sekurang kurangnya harus
memiliki subjek (S) dan predikat (P). Bila tidak memiliki subjek dan predikat
maka bukan disebut kalimat tetapi disebut frasa. Dalam wujud lisan kalimat
diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri
dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulaidengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?) dan tanda
seru (!).
1.2
Unsur-Unsur Kalimat
Dalam menuliskan kalimat dalam bahasa
Indonesia yang baik dan benar maka kita harus ketahui unsur-unsur yang biasanya
dipakai dalam sebuah kalimat. Dalam bahasa Indonesia digunakan aturan SPO atau
SPOK (Subjek, Predikat, Objek atau Subjek, Predikat, Objek, Keterangan).
Berikut beberapa unsur kalimat :
2.2.1 Subjek (S)
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di
samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih
terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.
Ciri-ciri subjek sebagai berikut :
· Jawaban atas
Pertanyaan Apa atau Siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa
atau siapa yang dinyatakan dalam
suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan
kata tanya siapa.
Contoh : Siwon adalah seorang aktor dan penyanyi.
· Disertai Kata Itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia
bersifat takrif (definite). Untuk
menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu.
Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama
diri lain tidak disertai kata itu.
Contoh : Buku itu dibeli oleh Kimbum.
· Didahului Kata Bahwa
Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang
menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang
berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.
Contoh :
o Bahwa pengurus SEMA harus segera dibentuk pada rapat hari ini.
o Saya mengatakan bahwa
Super Junior adalah boyband favoritku.
· Mempunyai Keterangan
Pewatas Yang
Kata yang menjadi
subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang.
Keterangan ini dinamakan keterangan
pewatas.
Contoh : Mahasiswa yang ingin
lulus harus mengikuti ujian.
· Tidak Didahului
Preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari,
dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata
seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak
bersubjek.
· Berupa Nomina atau Frasa
Nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa
nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya,
disertai kata penunjuk itu.
Contoh : Bermain itu
menyenangkan.
2.2.2 Predikat (P)
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping
subjek. Predikat berfungsi menjelaskan subjek.
Ciri-ciri predikat adalah sebagai berikut.
· Jawaban atas
Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat
yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa
atau bagaimana adalah predikat
kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan
predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan
predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
Contoh :
o Gadis itu cantik.
o Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
· Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa
unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
Contoh : Justin Bieber adalah
penyanyi favoritku
· Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai
bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak
ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat
yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
Contoh : Kamu tidak hadir dalam rapat kemarin.
· Dapat Disertai
Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau
adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan.
Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya
berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan
sikap pembicara (subjek), seperti ingin,
hendak, dan mau.
Contoh : Obama akan datang ke
Indonesia.
· Unsur Pengisi Predikat
Predikat suatu kalimat
dapat berupa:
o Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
o Frasa, misalnya frasa verbal, frasa
adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).
2.2.3 Objek (O)
Objek yaitu keterangan predikat yang memiliki hubungan erat
dengan predikat. Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif
transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek,
predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan
berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan
verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.
Ciri-ciri objek sebagai berikut :
· Langsung di Belakang
Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang
predikat, tidak pernah mendahului predikat.
Contoh : Sinta memberikan Jojo komputer baru.
· Dapat Menjadi Subjek
Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat
aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif
ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam
kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
Contoh : Keju itu dimakan tikus.
· Tidak Didahului
Preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di
belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara
predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
Contoh : Dia mengirimi saya bunga mawar.
· Didahului Kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai
oleh kata bahwa dan anak kalimat ini
dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
2.2.4 Pelengkap (Pel.)
Pelengkap merupakan unsur kalimat yang dapat bersifat wajib ada
karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua
unsur kalimat ini :
o Bersifat wajib ada
karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
o Menempati posisi di
belakang predikat.
o Tidak didahului
preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak
menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam
kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.
Berikut ciri-ciri pelengkap.
·
Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan
objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap
masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek.
Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
o Diah mengirimi saya buku baru.
o Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak
mendahului predikat.
·
Tidak Didahului
Preposisi
Seperti
objek, pelengkap tidak didahului preposisi.
Contoh : Sherina bermain piano.
2.2.5 Keterangan (K)
Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan. Keterangan
merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang
dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu,
cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini
dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa
ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari,
dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak
kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga.
Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
· Bukan Unsur Utama
Berbeda
dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur
tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat
wajib.
· Tidak Terikat Posisi
Di dalam
kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat.
Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara
subjek dan predikat.
Contoh :
o Malam ini, Suju akan kembali ke
Korea.
o Mereka memperhatikan materi dengan seksama.
· Terdapat Beberapa
Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
o Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang
berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa
frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang
berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu,
dan ketika.
o Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh
preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
o Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara.
Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara yang
diikuti verba (kata kerja). Terakhir, keterangan cara yang berupa anak
kalimat ditandai oleh kata dengan dan
dalam.
o Keterangan Alat
Keterangan cara berupa
frasa yang menyatakan cara ditandai oleh kata dengan yang diikuti nomina (kata benda).
o Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa
frasa ditandai oleh kata karena atau sebab yang diikuti oleh nomina atau
frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor karena atau lantaran.
o Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa
frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang
berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
o Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika
ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Contoh : Dosen saya, Bu Erwin,
terpilih sebagai dosen teladan.
o Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi
berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur
yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur
yang diterangkan.
Contoh : Marshanda, mahasiswa
tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak tebal) itu tidak dapat menggantikan unsur yang
diterangkan yaitu kata Marshanda.
o Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat,
objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan,
keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contoh: Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat
beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan
semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
Kalimat yang kita
gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang
sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal
dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita
masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu
tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan keterangan
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang
berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan.
Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan
kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat
dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.
Kalimat
dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe
ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan.
Misalnya:
o Mereka / sedang berenang.
S
P
(kata kerja)
o Ayahnya / guru SMA.
S
P
(kata benda)
o Gambar itu / bagus.
S
P
(kata sifat)
o Peserta penataran ini
/ empat puluh orang.
S
P
(kata bilangan)
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa
verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Mereka / sedang
menyusun / karangan ilmiah.
S
P
O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa
verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.
Misalnya:
Anaknya / beternak /
ayam.
S
P
Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan
pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya
/ surat.
S
P
O
Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan
keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal /
dari Surabaya.
S
P
K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina,
predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan
keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Kami / memasukkan /
pakaian / ke dalam lemari.
S
P
O
K
2.3.7
Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek,
predikat, pelengkap, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau
adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya :
Ungu / bermain / musik
/ di atas panggung.
S
P
Pel.
K
2.3.8
Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur
subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau
frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau
frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan
berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Dia / mengirimi /
ibunya / uang / setiap bulan.
S
P
O
Pel. K
Menurut strukturnya, kalimat bahasa indonesia
dapat berupa kalimat tunggal dapat pula berupa kalimmat majemuk. Kalimat
majemuk dapat bersifat kalimat setara (koordinatif), tidak setara
(subordinatif), ataupun campuran (koordinatif-suborkodinatif). Gagasan yang
tunggal dinyatakan dalamm kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi
diungkapkan dengan kalimat majemuk.
2.4.1
Kalimat
Tunggal
Kalimat
tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. pada hakikatnya, kalau
dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa
indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang
sederhana.Kalimat-kalimat yang tunggal itu terdiri atas satu subjek dan satu
predikat. Sehubungan dengan itu, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula
ditelusuri pola-pola pembentuknya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola
kalimat dasar.
2.4.2
Kalimat
Majemuk Setara
Kalimat
majemuk setara terdiri dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk
setara dibedakan menjadi emat jenis, sebagai berikut.
1. Dua kalimat tunggal atau lebih daat
dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal
atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara
penjumlahan. Contoh :
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka menuliss
Tanda koma dapat digunakan jika
kalimat yang digabung itu lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh :
Direktur tenang.
Karyawan duduk teatur.
Para nasabah antre.
Direktur tenang, karyawan duduk
teratur, dan para nasabah antre.
2. Kalimat tunggal yang berbentuk
kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi, meliainkan atau
sedangkan jika kalimat itu menununjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut
kalimat majemuk setara perbandingan. Contoh:
Amerika dan jepang tergolong negara
yang maju.
Indonesia dan brunei darussalam
tergolong negara berkembang.
Jeang tergolong negara maju, tetapi
indonesia tergolong negara yang berkembang
3. Kalimat tunggal atau lebih dapat
dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang
dikemukakannya berurutan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara
berurutan. Contoh:
Mula-mula disebutkan juara MTQ
tingkat remaja, kemudian disebutkan juara MTQ tingkat dewasa.
Upacara serah terima pengurus
koprasi telah selesai, lalu pak ustadz membacakan doa.
4. Dapat pula dua kalimat tunggal atau
lebih itu dihubungkan oleh kata atau, jika kalimat itu menunjukkan pemilihan,
dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan. Contoh:
Para pemilik televisi membayar iuran
televisinya dikantor pos yang terdekat, atau para petugas menariknya kerumah
pemilik televisi.
§ Kalimat majemuk setara rapatan
Dalam
kalimat majemuk setara, ada ang berbentuk kalimat rapatan, yaitu suatu bentuk
yang merapatkan dua atau lebih kalimat tunggal. Yang dirapatkan ialah unsur
subjek atau unsur objek yang sama. Dalam hal seperti ini, unsur yang sama cukup
disebut satu kali. Contoh:
Mentri
agama tidak membuka seminar tentang zakat.
Mentri
agama menutup seminar tentang zakat
Mentri
agama bukan membuka, melaiankan menutup seminar tentang
zakat.
Kalimat
majemuk tida setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas (klausa bebas) da
satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas (klausa terkait). Jalinan kalimat
ini menggambarkan kepentingan yang berbeda-beda diantara unsur gagasan yang
majemuk. Inti gagasan dituangkan kedalam induk kalimat, sedangkan Pertaliannya
dari sudut pandangna waktu., sebab, akibat, tujuan, syarat dan
sebagainnyadengan aspek gagasan yang lain dituangkan dalam anak kalimat.
Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian
gagasan dengan hal-hal yang lain. Contoh:
Apabila
engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel yang
besar.
Anak kalimat: apabila engkau
ingin melihat bak mandi panas
Induk kalimat: saya akan
membawamu ke hotel-hotel yang besar.
Penanda
anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila,
jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum,
kendatipun, sekalipun, bahwa dan sebagainya.
Kalimat
majemuk taksetara dapat dirapatkan andaikan unsur-unsur subjeknya sama. Contoh:
Kami
sudah lelah.
Kami
ingin ulang.
Karena
sudah lelah, kami ingin pulang.
Pada
anak kalimat terdapat kata kami sebagai subjek anak kalimat, dan pada
induk kalimatterrdaat pula kata kami sebagai subjek induk kalimat. Dalam hal
seperti ini, subjek itu ditekankan pada induk kalimat sehingga subjek pada anak
kalimat boleh dihilangkan, dan bukan sebaliknya. Jika dalam anak
kalimat tidak terdapat subjek, itu berarti subjek anak kalimat sama
dengan subjek induk kalimat.
Ada
beberapa kalimat majemuk tak setara rapatan yang mencoba mengadakan penghematan
dengan menghilangkan penanda anak kalimat seingga kalimat itu menjadi salah.
Contoh:
Membaca
surat itu, saya sangat terkejut.
Anak
kalimat : Membaca surat itu
Induk
kalimat : Saya sangat terkejut.
Subjek
anak kalimat itu sama persis dengan subjek pada induk kalimat itu, yaitu saya.
Kalau
tidak ada penanda pada anak kalimat, kalimat majemuk itu tidak benar (tidak
baku). Penanda yang dapat yang dipakai ialah setelah sehingga kalimat
akan menjadi :
Setelah
(saya) membaca surat itu, saya terkejut.
Setelah
membaca surat itu saya terkejut.
Kalimat
jenis ini terdiri atas kalimagt majemuk taksetara(bertingkat) dan kalimat
majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
taksetara (bertingkat). Misalnya:
- Karena hari sudah malam, kami
berhenti dan langsung pulang. (bertingkat+setara).
- Kami pulang, tetapi mereka masih
tetap bekerja karena tugasnya belum selesai. (Setara+bertingkat)
Kalimat
pertama terdiri atas anak kalimat karena hari sudah malam dan induk
kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami berhenti dan langsung
pulang. Jadi, susunan kalimat pertama adalah bertingkat+setara.
Kalimat
kedua terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami
pulang, tetapi mereka masih bekerja, dan anak kalimat karena tugasnya
belum selesai. Jadi, susuna kalimat kedua adalah setara+bertingkat.
Tulisan
akan lebih efektif jika disamping
kalimat-kalimat yang disusunya benar, juga gaya penyajiannya (retorikanya)
menarik perhatian pembaca. Walaupun kalimat-kalimat yang disusunya sudah
dramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan itu memuaskan pembacanya
jika segi retorikanya tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika
selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya,
konstruksi kalimat itu selalu subjek-predikat-objek-keterangan, atau selalu
konstruksi induk kalimat-anak kalimat.
Menurut
gaya penyampain atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi
tiga macam, yaitu (a) kalimat yang melepas (b) kalimat yang berklimaks (c)
kalimat yang berimbang (setara atau campuran).
a.
Kalimat
yang Melepas
Jika
kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat
dan diikuti oleh unsur tambahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu
disebut melepas. Contoh:
1)
Saya
akan dibelikan sepeda oleh ayah jika saya lulus ujian sarjana.
2)
Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan
yang berlaku agar kehidupan dinegara ini bejalan dengan aman dan tertib.
b.
Kalimat
yang Berklimaks
Jika
kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk
kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum
dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan
memahami kalimat tersebut itu setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat
itu selesai, terasa bahwa masih ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu induk
kalimat.
Oleh
karena itu, penyajian kaliamat yang konstruksinya terasa berklimaks, dan terasa
membentuk ketegangan. Misalnya:
1)
Karena
sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
2)
Setelah
1.232 hari disekap dalam sebuah ruangan, akhirnya tiga sandrera warga
negara perancis itu dibebaskan juga.
c.
Kalimat
yang berimbang
Jika
kalimat itu disusun dalam bentuk majemuuk setara atau majemuk campuran, gaya
penyajian kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya
memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan kedalam bangun kalimat yang
bersimetri. Misalnya:
1)
Bursa
saham nampaknya semakin bergairah, investasi asing dan domestik berlomba
melakukan transaksi, dan IHSG menaik tajam.
2)
Jika
stbilita nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat
beribadat dengan leluasa.
Ketiga penyampaian tadi terdapat dalam kalimat majemuk.
Adapun kalimat pada umumnya dapat divariasikan menjadi kaliamat panjang-pendek,
aktif-pasif, inversi, dan engedepanan keterangan.
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat
diperinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah
dan kalimat seruan. Semua jenis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk
ositif dan negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan
kita berhadapan dengan salah satu jenis itu. dalam bahasa tulisan, perbedaannya
dijelaskan oleh macam-macam tanda baca.
Kalimat
dipakai jika penutur ingin menyampaikan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia
ingin menyampaikan informasi keada lawan bahasanya. (biasanya intonasi menurun;
tanda baca titik). Misalnya:
Positif : Presiden
SBY mengadakan kunjungan keluar negeri
Negatif : Tidak
semua nasabah bank memperoleh kridit lemah.
Kalimat
pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi
(jawaban) yang diharapkan. (biasanya intonasi menurunn; tanda baca tanda
tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana,
mengapa, berapa, dan kapan. Misalnya:
Positif
: Kapan saudara ergi ke jakarta?
Mengapa dia gagal dalam ujian?
Negatif :
Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek
yang yang
disepakati?
Kalimat
perintah dipakai jika penutur ingin menyuruh atau melarang orang
berbuat sesuatu. ( Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda
seru. Misalnya:
Positif
: Maukah kamu disuruh
mengantarkan buku ini ke kantor.
Negatif
: Sebaiknya kita tidak berfikira
semit tentang hak asasi
manusia.
Kalimat
seruan di pakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan yang kuat atau yang
mendadak. (Biasanya di tandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan
dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis). Misalnya:
Positif
: Bukan main, cantiknya.
Negatif
: Aduh pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar