Senin, 10 Desember 2012

Kalimat dalam Bahasa Indonesia


1.1         Pengertian
Kalimat yaitu rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan.
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Pada kalimat sekurang kurangnya harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Bila tidak memiliki subjek dan predikat maka bukan disebut kalimat tetapi disebut frasa. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulaidengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).

1.2         Unsur-Unsur Kalimat
 Dalam menuliskan kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar maka kita harus ketahui unsur-unsur yang biasanya dipakai dalam sebuah kalimat. Dalam bahasa Indonesia digunakan aturan SPO atau SPOK (Subjek, Predikat, Objek atau Subjek, Predikat, Objek, Keterangan).
Berikut beberapa unsur kalimat :
2.2.1   Subjek (S)
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.
Ciri-ciri subjek sebagai berikut :
·      Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa
            Penentuan  subjek dapat dilakukan dengan  mencari  jawaban  atas  pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.
     Contoh :  Siwon adalah seorang aktor dan penyanyi.
·      Disertai Kata Itu
            Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain tidak disertai kata itu.
     Contoh : Buku itu dibeli oleh Kimbum.
·      Didahului Kata Bahwa
            Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.
Contoh :
o   Bahwa pengurus SEMA harus segera dibentuk pada rapat hari ini.
o   Saya mengatakan bahwa Super Junior adalah boyband favoritku.
·      Mempunyai Keterangan Pewatas Yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih                               lanjut dengan  menggunakan penghubung  yang.  Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
     Contoh : Mahasiswa yang ingin lulus harus mengikuti ujian.
·      Tidak Didahului Preposisi
            Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
·      Berupa Nomina atau Frasa Nominal
            Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.
Contoh : Bermain itu menyenangkan.
2.2.2   Predikat (P)
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek. Predikat berfungsi menjelaskan subjek.
Ciri-ciri predikat adalah sebagai berikut.
·      Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana
            Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
     Contoh :
o   Gadis itu cantik.
o   Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
·      Kata Adalah atau Ialah
            Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
     Contoh : Justin Bieber adalah penyanyi favoritku
·      Dapat Diingkarkan
            Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
     Contoh : Kamu tidak hadir dalam rapat kemarin. 
·      Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
            Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
     Contoh : Obama akan datang ke Indonesia.
·      Unsur Pengisi Predikat
     Predikat suatu kalimat dapat berupa:
o  Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
o  Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).
2.2.3   Objek (O)
Objek yaitu keterangan predikat yang memiliki hubungan erat dengan predikat. Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-.
Ciri-ciri objek sebagai berikut :
·      Langsung di Belakang Predikat
            Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
     Contoh : Sinta memberikan Jojo komputer baru.
·      Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
            Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
     Contoh : Keju itu dimakan tikus.
·      Tidak Didahului Preposisi
            Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
     Contoh : Dia mengirimi saya bunga mawar.
·      Didahului Kata Bahwa
            Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
2.2.4   Pelengkap (Pel.)
Pelengkap merupakan unsur kalimat yang dapat bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini :
o  Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
o  Menempati posisi di belakang predikat.
o  Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.
Berikut ciri-ciri pelengkap.
·         Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
o   Diah mengirimi saya buku baru.
o   Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan  tidak mendahului predikat.
·         Tidak Didahului Preposisi
       Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi.
Contoh : Sherina bermain piano.
2.2.5   Keterangan (K)
Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan. Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan  informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan  ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga.
Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
·      Bukan Unsur Utama
       Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
·      Tidak Terikat Posisi
       Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
Contoh :
o   Malam ini, Suju akan kembali ke Korea.
o   Mereka memperhatikan materi dengan seksama.
·      Terdapat Beberapa Jenis Keterangan
       Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
o  Keterangan Waktu
            Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
o  Keterangan Tempat
            Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
o  Keterangan Cara
            Keterangan cara dapat berupa frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara yang diikuti verba (kata kerja). Terakhir,  keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
o  Keterangan Alat
       Keterangan cara berupa frasa yang menyatakan cara ditandai oleh kata dengan yang diikuti nomina (kata benda).
o  Keterangan Sebab
            Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau sebab yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
o  Keterangan Tujuan
            Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
o  Keterangan Aposisi
            Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
     Contoh : Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
o  Keterangan Tambahan
            Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.
Contoh : Marshanda, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
     Keterangan tambahan (tercetak tebal) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu kata Marshanda.
o  Keterangan Pewatas
            Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contoh: Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
            Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP  tiga lebih.
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
o  Mereka / sedang berenang.
     S                    P (kata kerja)
o  Ayahnya / guru SMA.
     S                 P (kata benda)
o  Gambar itu / bagus.
      S                P (kata sifat)
o  Peserta penataran ini / empat puluh orang.
             S                                  P (kata bilangan)
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah.
                             S                   P                             O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:
Anaknya / beternak / ayam.
                                 S               P          Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat.
  S           P             O       Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya.
                S            P                   K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari.
            S              P                  O                   K
2.3.7        Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya :
Ungu / bermain / musik / di atas panggung.
    S           P          Pel.              K
2.3.8        Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
 Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
  S           P              O         Pel.           K

 Menurut strukturnya, kalimat bahasa indonesia dapat berupa kalimat tunggal dapat pula berupa kalimmat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat kalimat setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordinatif-suborkodinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalamm kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
2.4.1      Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. pada hakikatnya, kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana.Kalimat-kalimat yang tunggal itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Sehubungan dengan itu, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri pola-pola pembentuknya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat dasar. 
2.4.2      Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terdiri dari dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat majemuk setara dibedakan menjadi emat jenis, sebagai berikut.
1.      Dua kalimat tunggal atau lebih daat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan. Contoh :
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka menuliss
Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabung itu lebih dari dua kalimat tunggal.
 Contoh :
Direktur tenang.
Karyawan duduk teatur.
Para nasabah antre.
Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.
2.      Kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi, meliainkan atau sedangkan jika kalimat itu menununjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara perbandingan. Contoh:
Amerika dan jepang tergolong negara yang maju.
Indonesia dan brunei darussalam tergolong negara berkembang.
Jeang tergolong negara maju, tetapi indonesia tergolong negara yang berkembang
3.      Kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara berurutan. Contoh:
Mula-mula disebutkan juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan juara MTQ tingkat dewasa.
Upacara serah terima pengurus koprasi telah selesai, lalu pak ustadz membacakan doa.
4.      Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih itu dihubungkan oleh kata atau, jika kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan. Contoh:
Para pemilik televisi membayar iuran televisinya dikantor pos yang terdekat, atau para petugas menariknya kerumah pemilik televisi.
§  Kalimat majemuk setara rapatan
              Dalam kalimat majemuk setara, ada ang berbentuk kalimat rapatan, yaitu suatu bentuk yang merapatkan dua atau lebih kalimat tunggal. Yang dirapatkan ialah unsur subjek atau unsur objek yang sama. Dalam hal seperti ini, unsur yang sama cukup disebut satu kali. Contoh:
Mentri agama tidak membuka seminar tentang zakat.
Mentri agama menutup seminar tentang zakat
Mentri agama bukan membuka, melaiankan menutup seminar tentang
zakat.
Kalimat majemuk tida setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas (klausa bebas) da satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas (klausa terkait). Jalinan kalimat ini menggambarkan kepentingan yang berbeda-beda diantara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan kedalam induk kalimat, sedangkan Pertaliannya dari sudut pandangna waktu., sebab, akibat, tujuan, syarat dan sebagainnyadengan aspek gagasan yang lain dituangkan dalam anak kalimat. Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian gagasan dengan hal-hal yang lain. Contoh:
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel yang besar.
Anak kalimat: apabila engkau ingin melihat bak mandi panas
Induk kalimat: saya akan membawamu ke hotel-hotel yang besar.
Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, sekalipun, bahwa dan sebagainya.
Kalimat majemuk taksetara dapat dirapatkan andaikan unsur-unsur subjeknya sama. Contoh:
Kami sudah lelah.
Kami ingin ulang.
Karena sudah lelah, kami ingin pulang.
Pada anak kalimat terdapat kata kami sebagai subjek anak kalimat, dan pada induk kalimatterrdaat pula kata kami sebagai subjek induk kalimat. Dalam hal seperti ini, subjek itu ditekankan pada induk kalimat sehingga subjek pada anak kalimat boleh dihilangkan, dan bukan sebaliknya. Jika dalam anak kalimat tidak terdapat subjek, itu berarti subjek anak  kalimat sama dengan subjek  induk kalimat.                                       
Ada beberapa kalimat majemuk tak setara rapatan yang mencoba mengadakan penghematan dengan menghilangkan penanda anak kalimat seingga kalimat itu menjadi salah. Contoh:
Membaca surat itu, saya sangat terkejut.
Anak kalimat : Membaca surat itu
Induk kalimat : Saya sangat terkejut.
Subjek anak kalimat itu sama persis dengan subjek pada induk kalimat itu, yaitu saya.
Kalau tidak ada penanda pada anak kalimat, kalimat majemuk itu tidak benar (tidak baku). Penanda yang dapat yang dipakai ialah setelah sehingga kalimat akan menjadi :
Setelah (saya) membaca surat itu, saya terkejut.
Setelah membaca surat itu saya terkejut.
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimagt majemuk taksetara(bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat). Misalnya:
-       Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang. (bertingkat+setara).
-       Kami pulang, tetapi mereka masih tetap bekerja karena tugasnya belum selesai. (Setara+bertingkat)
Kalimat pertama terdiri atas anak kalimat karena hari sudah malam dan induk kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami berhenti dan langsung pulang. Jadi, susunan kalimat pertama adalah bertingkat+setara.
Kalimat kedua terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami pulang, tetapi mereka masih bekerja, dan anak kalimat karena tugasnya belum selesai. Jadi, susuna kalimat kedua adalah setara+bertingkat.


Tulisan akan lebih efektif  jika disamping kalimat-kalimat yang disusunya benar, juga gaya penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian pembaca.  Walaupun kalimat-kalimat yang disusunya sudah dramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan itu memuaskan pembacanya jika segi retorikanya tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat itu selalu subjek-predikat-objek-keterangan, atau selalu konstruksi induk kalimat-anak kalimat.
Menurut gaya penyampain atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu (a) kalimat yang melepas (b) kalimat yang berklimaks (c) kalimat yang berimbang (setara atau campuran).
a.        Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu disusun dengan  diawali unsur utama,  yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur tambahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas. Contoh:
1)      Saya akan dibelikan sepeda oleh ayah jika saya lulus ujian sarjana.
2)       Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan  dinegara ini bejalan dengan aman dan tertib.
b.        Kalimat yang Berklimaks
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami kalimat tersebut itu setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa masih ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat.
Oleh karena itu, penyajian kaliamat yang konstruksinya terasa berklimaks, dan terasa membentuk ketegangan. Misalnya:
1)       Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
2)       Setelah 1.232 hari disekap dalam sebuah ruangan,  akhirnya tiga sandrera warga negara perancis itu dibebaskan juga.
c.        Kalimat yang berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuuk setara atau majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya  memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan kedalam bangun kalimat yang bersimetri. Misalnya:
1)      Bursa saham nampaknya semakin bergairah, investasi asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG menaik tajam.
2)      Jika stbilita nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.
Ketiga penyampaian tadi terdapat dalam kalimat majemuk. Adapun kalimat pada umumnya dapat divariasikan menjadi kaliamat panjang-pendek, aktif-pasif, inversi, dan engedepanan keterangan.

 Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat diperinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah dan kalimat seruan. Semua jenis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk ositif dan negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis itu. dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh macam-macam tanda baca.
Kalimat dipakai jika penutur ingin menyampaikan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi keada lawan bahasanya. (biasanya intonasi menurun; tanda baca titik). Misalnya:
Positif : Presiden SBY mengadakan kunjungan keluar negeri
Negatif : Tidak semua nasabah bank memperoleh kridit lemah.
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. (biasanya intonasi menurunn; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan. Misalnya:
Positif :        Kapan saudara ergi ke jakarta?
                     Mengapa dia gagal dalam ujian?
Negatif :      Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek yang yang   
                  disepakati?   
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin menyuruh atau melarang orang berbuat sesuatu. ( Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru. Misalnya:
Positif   :       Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke kantor.
Negatif :        Sebaiknya kita tidak berfikira semit tentang hak asasi
                       manusia.              
Kalimat seruan di pakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan yang kuat atau yang mendadak. (Biasanya di tandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis). Misalnya:
Positif  :       Bukan main, cantiknya.
Negatif :      Aduh pekerjaan rumah saya tidak terbawa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar